Jamur Penyebab Abortus Pada Sapi
Disgenesis reproduksi mencakup kegagalan reproduksi tanpa memandang penyebabnya maupun periode kebuntingan sewaktu terjadi kehilangan konseptus. Kehilangan konseptus yang terjadi sejak pembuahan sel telur sampai diferensiasi embrional (kurang lebih 45 hari) disebut kematian embrional. Kehilangan konseptus yang terjadi selama periode foetal yaitu dari saat diferensiasi sampai kelahiran, dibagi atas abortus dan kelahiran prematur. Abortus atau keluron adalah kematian fetus sebelum akhir masa kebuntingan dengan fetus yang belum sanggup hidup, sedangkan kelahiran prematur adalah pengeluaran fetus sebelum akhir masa kebuntingan dengan fetus yang sanggup hidup sendiri di luar tubuh induk.
Hampir semua abortus mikotik pada sapi disebabkan oleh dua kelompok jamur. Sekitar 60 sampai 80 persen disebabkan oleh Aspergillus spp dan kebanyakan adalah Aspergillus fumigatus. Jenis Mucorales bertanggung jawab atas keguguran mikotik selebihnya. Kejadian abortus mikotik bervariasi dari 0,5 sampai 16 persen dari semua abortus pada sapi.
Aspergillus terdapat dimana-mana dan umumnya bersifat saprofit. Jamur memasuki tubuh hewan melalui pernapasan dan makanan. Spora jamur kemudian dibawa ke plasenta melalui aliran darah dari laesio lain pada saluran pencernaan. Hasil penularan ini secara gradual menyebabkan plasentitis, hambatan pemberian makanan pada saluran fetus, kematian fetus dan abortus dalam waktu beberapa Minggu atau beberapa bulan kemudian. Kebanyakan abortus terjadi pada bulan kelima sampai ketujuh masa kebuntingan, tetapi dapat berlangsung dari bulan keempat sampai waktu partus. Fetus umumnya dikeluarkan dalam keadaan mati, tetapi pada beberapa kasus terjadi kelahiran prematur atau fetus lahir pada waktunya dalam keadaan hidup tapi lemah dan mati segera sesudah lahir.
Abortus mikotik umumnya ditandai oleh perubahan-perubahan nyata pada selaput fetus, tapi lebih nyata daripada perubahan-perubahan abortus karena brusellosis dan vibriosis. Chorion tebal, oedematus, seperti kulit dan neurotik. Laesio utama terdapat pada plasentoma. Karunkel dan kotiledon sangat membesar, membengkak, oedematus dan nekrotik.
Kotiledon yang nekrotik memperlihatkan suatu pusat yang kelabu suram dikelilingi oleh daerah hemoragika dan bertaut erat dengan khorion yang nekrotik. Di dalam ruang utero khorion umumnya terdapat cairan kemerah-merahan dengan kepingan-kepingan nanah. Jamur menyebar melalui selaput fetus ke dalam cairan foetal. Foetus dapat tampak normal atau, pada 30 persen kasus jamur dapat bertumbuh pada kulit dalam bentuk bercak-bercak seperti pada ichtyosis congenital atau ringworm. Cairan serosa berwarna jerami dapat ditemukan pada jaringan foetal atau rongga tubuhnya. Jamur dapat diisolasi dari isi lambung, dari chorion, atau kotiledon plasenta yang terserang. Penyembuhan pada kasus yang parah cukup lambat dan tertunda atau dapat diikuti oleh kemajiran permanen.
Diagnosa dikuatkan oleh pemeriksaan mikroskopik terhadap jamur dari plasenta atau foetus, pemeriksaan histopatologik terhadap jaringan plasental atau foetal dan oleh kultur pada media buatan.
PENYEBAB
Hampir semua abortus mikotik pada sapi disebabkan oleh dua kelompok jamur. Sekitar 60-80% disebabkan oleh Aspergillus spp dan kebanyakan adalah Aspergillus fumigatus. Jenis mucorales bertanggung jawab atas keguguran mikotik selebihnya. Kejadian abortus mikotik bervariasi dari 0,5-16% dari semua abortus pada sapi.
Disgenesis reproduksi mencakup kegagalan reproduksi tanpa memandang penyebabnya maupun periode kebuntingan sewaktu terjadi kehilangan konseptus. Kehilangan konseptus yang terjadi sejak pembuahan sel telur sampai diferensiasi embrional (kurang lebih 45 hari) disebut kematian embrional. Kehilangan konseptus yang terjadi selama periode foetal yaitu dari saat diferensiasi sampai kelahiran, dibagi atas abortus dan kelahiran prematur. Abortus atau keluron adalah kematian fetus sebelum akhir masa kebuntingan dengan fetus yang belum sanggup hidup, sedangkan kelahiran prematur adalah pengeluaran fetus sebelum akhir masa kebuntingan dengan fetus yang sanggup hidup sendiri di luar tubuh induk.
Hampir semua abortus mikotik pada sapi disebabkan oleh dua kelompok jamur. Sekitar 60 sampai 80 persen disebabkan oleh Aspergillus spp dan kebanyakan adalah Aspergillus fumigatus. Jenis Mucorales bertanggung jawab atas keguguran mikotik selebihnya. Kejadian abortus mikotik bervariasi dari 0,5 sampai 16 persen dari semua abortus pada sapi.
Aspergillus terdapat dimana-mana dan umumnya bersifat saprofit. Jamur memasuki tubuh hewan melalui pernapasan dan makanan. Spora jamur kemudian dibawa ke plasenta melalui aliran darah dari laesio lain pada saluran pencernaan. Hasil penularan ini secara gradual menyebabkan plasentitis, hambatan pemberian makanan pada saluran fetus, kematian fetus dan abortus dalam waktu beberapa Minggu atau beberapa bulan kemudian. Kebanyakan abortus terjadi pada bulan kelima sampai ketujuh masa kebuntingan, tetapi dapat berlangsung dari bulan keempat sampai waktu partus. Fetus umumnya dikeluarkan dalam keadaan mati, tetapi pada beberapa kasus terjadi kelahiran prematur atau fetus lahir pada waktunya dalam keadaan hidup tapi lemah dan mati segera sesudah lahir.
Abortus mikotik umumnya ditandai oleh perubahan-perubahan nyata pada selaput fetus, tapi lebih nyata daripada perubahan-perubahan abortus karena brusellosis dan vibriosis. Chorion tebal, oedematus, seperti kulit dan neurotik. Laesio utama terdapat pada plasentoma. Karunkel dan kotiledon sangat membesar, membengkak, oedematus dan nekrotik.
Kotiledon yang nekrotik memperlihatkan suatu pusat yang kelabu suram dikelilingi oleh daerah hemoragika dan bertaut erat dengan khorion yang nekrotik. Di dalam ruang utero khorion umumnya terdapat cairan kemerah-merahan dengan kepingan-kepingan nanah. Jamur menyebar melalui selaput fetus ke dalam cairan foetal. Foetus dapat tampak normal atau, pada 30 persen kasus jamur dapat bertumbuh pada kulit dalam bentuk bercak-bercak seperti pada ichtyosis congenital atau ringworm. Cairan serosa berwarna jerami dapat ditemukan pada jaringan foetal atau rongga tubuhnya. Jamur dapat diisolasi dari isi lambung, dari chorion, atau kotiledon plasenta yang terserang. Penyembuhan pada kasus yang parah cukup lambat dan tertunda atau dapat diikuti oleh kemajiran permanen.
Diagnosa dikuatkan oleh pemeriksaan mikroskopik terhadap jamur dari plasenta atau foetus, pemeriksaan histopatologik terhadap jaringan plasental atau foetal dan oleh kultur pada media buatan.
PENYEBAB
Hampir semua abortus mikotik pada sapi disebabkan oleh dua kelompok jamur. Sekitar 60-80% disebabkan oleh Aspergillus spp dan kebanyakan adalah Aspergillus fumigatus. Jenis mucorales bertanggung jawab atas keguguran mikotik selebihnya. Kejadian abortus mikotik bervariasi dari 0,5-16% dari semua abortus pada sapi.
GEJALA KLINIS
Abortus mikotik umumnya ditandai oleh perubahan-perubahan nyata pada selaput foetus. Chorion tebal, oedematous, seperti kulit dan nekrotik. Lesi utama terdapat pada placentoma, karunkel dan kotiledon sangat membesar, membengkak, oedematous, dan nekrotik.
PENULARAN
Jamur memasuki tubuh hewan melalui pernapasan dan makanan. Spora jamur kemudian dibawa ke plasenta melalui aliran darah dari laesio pada saluran pernapasan rumenitis mikotik atau laesio lain pada saluran pencernaan. Hasil penularan ini secara gradual meyebabkan placentitis, hambatan pemberian makanan kepada foetus, kematian foetus, dan abortus dalam waktu beberapa minggu atau beberapa bulan kemudian.
DIAGNOSA
Diagnosa dikuatkan oleh pemeriksaan mikroskopik terhadap jamur dari placenta atau foetus, pemeriksaan histopatologik terhadap jaringan placental atau foetal dan oleh kultur pada media buatan.